PENDIDIKAN, merupakan ukuran kemajuan suatu negara, negara yang maju biasanya memiliki kualitas pendidikan yang baik.
Negara kita
kurang lebih sudah sebelas kali mengganti kurikulum, mulai tahun 1945 setelah
merdeka.
Sejak tahun
2021, pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dalam
konteks pandemi Covid-19, model pendidikan di Indonesia mulai berubah.
Penerapan
Kurikulum Mandiri oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi,
Nadiem Makarim, telah “memaksa” para pendidik untuk dinamis, kreatif dan
inovatif dalam mengajar.
Suka tidak
suka, suka tidak suka, pendidik harus berusaha bergerak agar pembelajaran tetap
berjalan.
Mata
pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki
pengaruh signifikan terhadap kurikulum Merdeka.
Pada program
sebelumnya, bidang keterampilan berbahasa meliputi menyimak, berbicara, membaca
dan menulis. Sekarang program Merdeka menambah keterampilan
mendengarkan,
membaca dan menonton, berbicara dan menyajikan, dan akhirnya menulis.
Pembelajaran
bahasa Indonesia dalam konteks program Merdeka mengajak pendidik dan peserta
didik untuk saling berkomunikasi secara aktif.
Pendidik
bukan lagi subjek, melainkan fasilitator.
Pendidik
memiliki kebebasan untuk mandiri dalam mengajar, dengan pembelajaran
kontekstual dan inovasi.
Pembelajaran
bahasa Indonesia memiliki hasil belajar yang berbeda pada setiap tahapannya,
sehingga siswa benar-benar dibimbing dalam cara belajar yang sesuai dengan
kemampuan intelektual dan usianya. Proses pembelajaran disesuaikan dengan
kebutuhan siswa dan fasilitas sekolah.
Selama
proses pembelajaran, siswa dapat memilih cara belajar yang sesuai dengan bakat
dan minatnya.
Kemampuan
awal siswa dapat dinilai di awal proses pembelajaran, dengan menggunakan teknik
yang telah diuji sebelumnya atau belum diuji seperti wawancara.
Hasilnya,
pendidik dapat menentukan gaya belajar seorang siswa, apakah itu kinestetik,
akustik, visual, atau audiovisual.
Di era digital,
pembelajaran bahasa Indonesia dapat disajikan dengan cara yang sangat menarik.
Berbagai platform dan aplikasi dapat digunakan sebagai alat bantu belajar,
seperti kahoot, google class, canva, quizizz, edmodo, dan lainnya.
Pendidik
perlu 'mengenal teknologi' tidak hanya terobsesi dengan buku teks tetapi juga
mampu mengambil teknologi dan menggunakannya dalam proses pembelajaran.
Minimal,
pendidik di era digital harus mampu membuat presentasi PowerPoint yang menarik
dan menggunakan proyektor LCD.
Oleh karena
itu, ketika memberikan materi, ada sarana bagi siswa untuk dengan mudah
menangkap esensi pembelajaran tanpa harus terpaku pada guru saja.
Misalnya,
ketika menyerahkan laporan percobaan tertulis, siswa tidak hanya dituntut untuk
menginterpretasikan laporan percobaan tertulis. Pendidik dapat memulai dengan
menunjukkan video seseorang yang sedang melakukan percobaan, kemudian siswa
baru diminta untuk mengidentifikasi informasi dalam video tersebut.
Proses siswa
terlibat secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
mengaitkannya dengan situasi kehidupan nyata mendorong siswa untuk dapat
menerapkan materi tersebut dalam kehidupannya sendiri.
Implementasi
program Merdeka dalam pembelajaran bahasa Indonesia akan menghasilkan produk
yang beragam.
Siswa tidak
hanya belajar dan membuat teks, tetapi produk yang mereka buat bisa berupa
video, infografis, poster, komik, bahkan film pendek.
Sehingga
diperoleh siswa yang berkepribadian, memiliki kecakapan hidup, mandiri,
berpikir kritis, kreatif dan memiliki kualitas yang baik.